Waykanan: Dengan suara meninggi dan mata yang menyala penuh semangat, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Thomas Americo, meluapkan kekecewaannya atas kondisi dunia pendidikan saat ini. Ia menilai, mutu pendidikan sekolah-sekolah di Lampung masih jauh dari harapan, dan sebagian besar lulusan belum mampu bersaing tanpa bantuan lembaga bimbingan belajar (bimbel).
“Coba lihat, dari sekian banyak siswa yang diterima di perguruan tinggi, hanya sekitar 7 persen yang murni karena kualitas pendidikan sekolah. Sisanya karena bimbel! Ini menunjukkan ada yang salah dalam sistem kita,” tegas Thomas dalam kunjungan kerjanya ke SMAN 2 Rebang Tangkas, Kabupaten Way Kanan, Jumat (31/10/2025) lalu.
Nada suaranya bergetar menahan emosi, namun setiap kata yang keluar terdengar tajam dan penuh kejujuran. Ia mengaku kecewa karena banyak sekolah yang berjalan sendiri-sendiri tanpa arah bersama.
“Jangan saling menjatuhkan! Kepala sekolahnya saja gak kompak, maunya menang sendiri. Padahal sudah tua-tua semua, tapi masih gampang tersinggung, hatinya belum bersih,” ujarnya lantang disambut tatapan hening para guru yang hadir.
Thomas menyebut pendidikan bukan sekadar rutinitas mengajar, melainkan proses pembentukan karakter dan daya saing anak bangsa.
“Anak-anak harus dipersiapkan agar mampu bersaing merebut kursi di perguruan tinggi. Lulusan SMA dan SMK sekarang banyak yang hanya jadi pekerja biasa, karena SDM-nya lemah. Ini akibat mindset guru dan kepala sekolah yang belum berubah,” katanya, menyoroti lemahnya budaya inovasi di dunia pendidikan.
Kepala Dinas yang dikenal berwibawa dan berpenampilan rapi itu menegaskan perlunya revolusi pola pikir di kalangan pendidik. “Ayo ubah mindset! Ciptakan anak-anak yang unggul, siap kerja, dan siap kuliah. Semua harus dilakukan dengan hati yang ikhlas,” serunya.
Ia juga menyentil persoalan loyalitas dan ego jabatan yang menurutnya masih kental di kalangan birokrasi pendidikan.
“Jangan bangga dengan jabatan yang diangkat lewat ‘jalur langit’. Di masa saya, hal itu tidak berlaku! Saya ingin tahun depan kita semua maju bersama, tanpa ego, tanpa saling menjatuhkan,” ujarnya penuh tekanan.
Di penghujung arahannya, Thomas menutup pidatonya dengan pesan moral yang menggugah hadirin.
“Tinggalkan sifat jahat, perbanyak berbuat baik, bersihkan hati. Kalau hati bersih, kerja pun tenang. Mari kita wujudkan generasi tangguh yang siap menghadapi masa depan,” pungkasnya disambut tepuk tangan panjang para guru dan siswa.
Di balik nada kerasnya, Thomas seolah menyuarakan jeritan nurani banyak pendidik yang rindu perubahan. Seruannya menjadi cambuk bagi dunia pendidikan Lampung sebuah panggilan untuk kembali kepada esensi: mendidik dengan hati, bukan sekadar mengajar.
(Ipul/Ayi)





















