Jakarta : Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2007–2009, Antasari Azhar, meninggal dunia Sabtu, 8 November 2025, dalam usia 72 tahun.
Kabar duka ini dibenarkan oleh kuasa hukum sekaligus sahabat lama almarhum, Boyamin Saiman. “Benar, beliau telah berpulang. Kami semua sangat kehilangan sosok yang tegas namun bersahaja,” ujar Boyamin.
Jenazah almarhum rencananya akan disalatkan di Masjid Asy Syarif, BSD, sebelum dimakamkan di pemakaman keluarga. Hingga berita ini diturunkan, penyebab wafatnya Antasari belum disampaikan secara resmi oleh pihak keluarga maupun rumah sakit.
Ucapan belasungkawa mengalir deras dari berbagai kalangan. Salah satu yang turut menyampaikan duka ialah mantan Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB, Anas Urbaningrum, melalui akun X resminya, @anasurbaningrum.
“Turut mengantar dengan doa kepulangan Pak Antasari Azhar ke haribaan Sang Khalik. Husnul hayat wa husnul khatimah. Lahu al-Fatihah,” tulis Anas.
Sejumlah aktivis dan mantan pejabat KPK juga menyampaikan rasa kehilangan atas wafatnya mantan pimpinan lembaga antirasuah tersebut, yang dinilai memiliki ketegasan dan idealisme tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Antasari Azhar dikenal publik sebagai sosok jaksa karier yang meniti tangga birokrasi dengan kerja keras. Sebelum memimpin KPK, ia menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan dan sempat menangani sejumlah kasus besar di era reformasi.
Namanya melambung tinggi ketika dipercaya menjadi Ketua KPK pada tahun 2007. Di bawah kepemimpinannya, KPK menorehkan sejumlah operasi tangkap tangan (OTT) besar yang mengguncang elite politik dan birokrasi.
Namun, karier cemerlang itu terhenti tiba-tiba pada 2009, saat ia terseret kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasruddin Zulkarnaen. Sebuah kasus yang kemudian menimbulkan perdebatan panjang di publik terkait kejanggalan proses hukum dan dugaan rekayasa politik di baliknya.
Setelah menjalani hukuman, Antasari akhirnya bebas dan memilih lebih banyak menepi dari sorotan publik. Dalam beberapa kesempatan, ia sempat menyampaikan refleksi tentang penegakan hukum dan keadilan di Indonesia.
Bagi sebagian kalangan, Antasari adalah simbol keberanian KPK pada masa-masa awal lembaga itu menunjukkan taringnya. Namun, bagi yang lain, kisah hidupnya menjadi pelajaran pahit tentang rapuhnya sistem keadilan ketika kekuasaan ikut bermain.
“Antasari adalah potret perjuangan melawan korupsi yang diwarnai luka politik,”.
Selamat jalan, Antasari Azhar. Jejak langkahmu akan selalu tercatat dalam sejarah panjang perlawanan terhadap korupsi di negeri ini.
(**)





















