Sembilan bulan bukan waktu yang panjang bagi sebuah kepemimpinan baru. Namun bagi Dr. Ir. H. Hamartoni Ahadis, M.Si., dan Romli, S.Kom., SH., M.H., duet pemimpin yang dilantik langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Kamis 20 Februari 2025, masa ini adalah periode krusial untuk menata ulang fondasi pemerintahan Lampung Utara.
Sejak hari pertama menjabat, keduanya sepakat bahwa keberhasilan pemerintahan tidak hanya diukur dari pembangunan fisik atau angka statistik, melainkan dari kekuatan sistem birokrasi. Dan di pusat sistem itulah, Sekretaris Daerah (Sekda) menjadi sosok paling vital. Pengatur irama, penyelaras langkah, dan penjaga stabilitas mesin pemerintahan.
Kini, seiring dengan akan berakhirnya masa tugas Drs. H. Lekok, M.M., kursi Sekda Lampung Utara kembali menjadi perbincangan hangat. Bukan semata soal siapa yang akan duduk di kursi itu, tetapi seperti apa figur yang akan menuntun arah birokrasi daerah ke depan.
Pemerintah Kabupaten Lampung Utara telah resmi membuka Seleksi Terbuka (Selter) untuk jabatan Sekda. Empat sosok muncul dan menyerahkan berkas pendaftaran di BKPSDM Lampung Utara.
Mereka adalah Khairul Anwar (Kepala Dinas Pemadam Kebakaran), Desyadi (Kepala BPPRD), Perdana Putra (Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan), dan Dra. Intji Indriati, M.H., (Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Lampung Selatan).
Empat nama dengan latar belakang berbeda, namun satu semangat yaitu mengabdi untuk kemajuan Lampung Utara.
Menurut Hendri Dunant, Plt Kepala BKPSDM, keempatnya telah memenuhi seluruh persyaratan administrasi.
“Semua berkas sudah dinyatakan lengkap,” ujarnya singkat.
Artinya, proses seleksi kini sepenuhnya berada di tangan panitia dan waktu , serta takdir profesionalisme dan integritas.
Di antara empat nama itu, dua sosok mencuat dan menjadi perhatian publik birokrasi. Mereka adalah Dra. Intji Indriati, M.H. dan Dr. H. Desyadi, S.H., M.H.
Intji Indriati, perempuan berkerudung ini bukan wajah baru dalam tata kelola pemerintahan di Provinsi Lampung. Ia pernah menduduki jabatan strategis sebagai Penjabat Sekretaris Daerah Lampung Selatan di era Bupati Nanang Ermanto. Sebelumnya, ia dikenal sebagai Kepala BPKAD, posisi yang menuntut kecermatan tinggi, ketegasan, dan kejujuran dalam mengelola keuangan daerah.
Saat menyerahkan berkas pendaftarannya di BKPSDM Lampung Utara Selasa, (28/10/ 2025), Intji tampak tenang dan tidak berlebihan.
“Doakan saja, semua kan rezeki dari Tuhan. Yang pasti kita berusaha dan berjuang dulu,” ucapnya dengan senyum meneduhkan.
Sebuah kalimat sederhana, tapi mencerminkan filosofi seorang abdi negara yang bekerja bukan demi jabatan, melainkan karena panggilan tanggung jawab.
Sementara itu, Desyadi, sosok yang kini menakhodai Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) Lampung Utara, dikenal sebagai birokrat pekerja senyap. Tidak banyak bicara, tapi kinerjanya nyata. Di bawah kepemimpinannya, upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan arah positif.
Ketika ditanya soal peluangnya menjadi Sekda, Desyadi justru tersenyum.
“Belum kepikir, saya sedang fokus meningkatkan PAD. Tapi tentu kita semua ingin melihat Lampung Utara ini lebih maju,” katanya rendah hati.
Sebuah jawaban yang menggambarkan karakter khas birokrat matang tidak mengejar posisi, tapi berlari menuju kemajuan daerah.
Dalam struktur pemerintahan, jabatan Sekda sering dipersepsikan sebagai posisi administratif semata. Padahal, sesungguhnya Sekda adalah arsitek kebijakan internal penghubung antara visi politik kepala daerah dan implementasi teknokratis di lapangan.
Di era Hamartoni–Romli, peran ini menjadi semakin penting. Pemerintahan ini tengah mendorong reformasi birokrasi yang efisien, profesional, dan berbasis digitalisasi pelayanan publik. Maka, Sekda yang dibutuhkan bukan hanya yang pandai menandatangani berkas, tapi juga yang mampu membaca arah zaman dan berani melakukan terobosan.
Bupati Hamartoni sendiri dikenal sebagai figur yang detail dan menekankan kolaborasi. Ia memerlukan Sekda yang mampu menerjemahkan ide menjadi sistem kerja nyata pemimpin birokrasi yang inspiratif, tegas, namun tetap humanis.
Duet Hamartoni–Romli meyakini bahwa kunci pemerintahan yang berhasil terletak pada birokrasi yang melayani, bukan dilayani. Karena itu, figur Sekda mendatang harus mampu menjadi “jembatan antara rakyat dan aturan” menjadikan kebijakan tidak hanya tertulis di kertas, tetapi terasa di kehidupan masyarakat.
Dari perbaikan pelayanan publik, infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertanian, dan efisiensi anggaran, hingga peningkatan PAD, semua bermuara pada satu tujuan: Lampung Utara yang maju, aman, dan sejahteta
Kini, publik menanti hasil seleksi terbuka ini dengan penuh harap. Siapa pun yang kelak terpilih, tanggung jawab besar sudah menanti: menjaga kesinambungan visi pemerintahan dan memastikan Lampung Utara terus melangkah ke depan.
Momentum pergantian Sekda ini bukan hanya rotasi jabatan. Ia adalah simbol transformasi birokrasi menuju era baru era keterbukaan, profesionalisme, dan pengabdian sejati.
Dan di tengah dinamika politik serta perubahan zaman, satu hal pasti: Lampung Utara sedang menyiapkan diri menjemput masa depan yang lebih cerah. Sebuah masa depan di mana pemerintahannya kuat karena berakar pada nilai, bukan sekadar jabatan.
Sekda baru Lampung Utara nantinya akan menjadi jantung baru bagi roda pemerintahan daerah. Siapa pun yang diberi amanah, publik berharap ia bisa membawa semangat perubahan yang nyata menghadirkan birokrasi yang cepat, bersih, dan berpihak pada rakyat.
Karena pada akhirnya, jabatan bukan tentang siapa yang duduk, tetapi sejauh mana ia berdiri untuk kepentingan publik.
Dan dari bumi Ragem Tunas Lampung ini, semangat baru telah berkobar: membangun Lampung Utara dengan hati, dengan integritas, dan dengan harapan menuju Lampung Utara Maju, Aman dan Sejahtera sesuai visi dan misi duet Hamartoni-Romli (HarLi).
(**)





















