Cangget Sebagai Ekspresi, Simbol dan Jati Diri Budaya Masyarakat Lampung

Penulis : Kurnia Fathir Mahardika
Fakultas Hukum, Universitas Bandar Lampung
Email: fthirmobile@gmail.com

Abstrak

Adat Cangget merupakan salah satu tradisi penting dalam kehidupan masyarakat Lampung yang
mengandung nilai-nilai sosial, moral, dan estetika tinggi. Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk ekspresi budaya, tetapi juga menjadi simbol identitas dan jati diri masyarakat
Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna, nilai, serta peran adat Cangget dalam mempertahankan identitas budaya masyarakat Lampung di tengah arus modernisasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan antara metode normatif dan empiris. Metode
normatif digunakan untuk mengkaji literatur, norma, dan aturan adat yang mengatur pelaksanaan Cangget, sedangkan metode empiris digunakan untuk melihat implementasi dan persepsi masyarakat terhadap tradisi tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adat Cangget berperan penting dalam memperkuat rasa kebersamaan, menjaga kesinambungan nilai-nilai
luhur, serta menjadi sarana pewarisan budaya antar generasi. Dengan demikian, pelestarian adat Cangget menjadi langkah strategis dalam menjaga eksistensi identitas budaya Lampung di masa kini dan mendatang.

Kata kunci: Cangget, identitas budaya, masyarakat Lampung, nilai budaya, pelestarian tradisi.

Abstrack

Cangget is one of the most significant traditional ceremonies of the Lampung people, reflecting deep social, moral, and aesthetic values. This tradition serves not only as a cultural performance
but also as a symbol of identity and the cultural essence of the Lampung community.

This study aims to analyze the meaning, values, and role of the Cangget tradition in preserving the cultural identity of the Lampung people amid modernization. The research applies a combination of
normative and empirical methods.

The normative method is used to examine literature, norms, and
customary regulations governing Cangget, while the empirical method is employed to observe the community’s perception and implementation of the tradition. The findings reveal that the Cangget tradition plays an essential role in strengthening communal bonds, maintaining noble values, and
transmitting cultural heritage across generations.

Therefore, preserving the Cangget tradition is a strategic effort to sustain the cultural identity of the Lampung people in the present and future.

Keywords: Cangget, cultural identity, Lampung society, cultural values, tradition preservation.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budaya daerah merupakan bagian penting dari identitas bangsa yang mencerminkan nilai, norma, dan pandangan hidup masyarakatnya. Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, pelestarian budaya lokal menjadi tantangan tersendiri karena terjadi pergeseran nilai yang dapat
mengancam eksistensi tradisi adat.

Salah satu warisan budaya yang masih bertahan hingga kini adalah adat Cangget—sebuah tradisi upacara dan tari adat masyarakat Lampung yang sarat makna simbolik, estetika, dan sosial.
Cangget tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan atau upacara adat, tetapi juga sebagai media pembentukan identitas sosial dan kultural masyarakat Lampung. Melalui Cangget, masyarakat Lampung mengekspresikan nilai-nilai kebersamaan, penghormatan, dan kehormatan diri, yang diwariskan turun-temurun sebagai bagian dari sistem adat Saibatin maupun Pepadun.

Tradisi ini memperlihatkan betapa erat hubungan antara budaya, nilai moral, dan struktur sosial dalam kehidupan masyarakat Lampung. Namun, perkembangan zaman membawa dampak terhadap eksistensi Cangget.
Modernisasi, globalisasi budaya populer, serta menurunnya minat generasi muda terhadap adat lokal menyebabkan sebagian masyarakat mulai meninggalkan tradisi tersebut.

Dalam konteks ini, penting dilakukan kajian mendalam mengenai bagaimana adat Cangget tetap menjadi identitas
budaya masyarakat Lampung di tengah perubahan sosial yang dinamis.

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat dipahami secara komprehensif nilai-nilai budaya yang terkandung dalam adat Cangget serta upaya pelestariannya sebagai simbol jati diri masyarakat Lampung di masa kini dan masa mendatang.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan makna adat Cangget dalam kehidupan masyarakat Lampung?
2. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam tradisi Cangget?
3. Bagaimana adat Cangget berperan sebagai identitas budaya masyarakat Lampung di era modern?
4. Bagaimana bentuk pelestarian tradisi Cangget agar tetap relevan bagi generasi masa kini?

Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan sejarah, makna, dan fungsi sosial adat Cangget dalam masyarakat Lampung.
2. Untuk mengidentifikasi nilai-nilai budaya dan filosofi yang terkandung dalam tradisi Cangget.
3. Untuk menganalisis peran adat Cangget sebagai simbol identitas budaya masyarakat Lampung.
4. Untuk menguraikan upaya pelestarian adat Cangget dalam menghadapi tantangan modernisasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan antara metode normatif dan metode empiris. Metode normatif digunakan untuk mengkaji berbagai literatur, dokumen, dan sumber
tertulis yang berkaitan dengan adat Cangget, termasuk nilai, norma, serta aturan adat yang menjadi landasan pelaksanaannya dalam masyarakat Lampung.

Pendekatan ini membantu penulis
memahami aspek filosofis, simbolik, dan konseptual dari Cangget sebagai bagian dari sistem kebudayaan dan identitas masyarakat. Sementara itu, metode empiris digunakan untuk melihat
secara langsung bagaimana tradisi Cangget dijalankan dan dipahami oleh masyarakat Lampung pada masa kini.

Melalui pengamatan lapangan dan wawancara dengan tokoh adat, pelaku budaya, serta generasi muda, diperoleh data mengenai persepsi, partisipasi, dan upaya pelestarian terhadap tradisi tersebut. Dengan mengombinasikan kedua metode ini, penelitian diharapkan mampu memberikan gambaran yang komprehensif mengenai fungsi, makna, serta relevansi adat Cangget sebagai identitas budaya masyarakat Lampung dalam konteks sosial modern.

PEMBAHASAN

Gambaran Umum Masyarakat Adat Lampung

Konsep identitas budaya merupakan bagian penting dari sistem kebudayaan yang membentuk karakter dan jati diri suatu masyarakat. Identitas budaya tidak hanya mencakup simbol-simbol lahiriah seperti bahasa, pakaian, atau kesenian, tetapi juga mengandung nilai, norma, dan sistem makna yang diwariskan secara turun-temurun. Dalam konteks masyarakat Lampung, identitas budaya tercermin melalui beragam tradisi dan adat istiadat, salah satunya adalah adat Cangget, yang menjadi simbol kebersamaan dan ekspresi sosial masyarakatnya. Martiara menjelaskan bahwa Cangget tidak hanya berfungsi sebagai bentuk seni pertunjukan,
tetapi juga merepresentasikan nilai-nilai sosial dan moral masyarakat Lampung dalam menghadapi perubahan zaman.

1. Pelaksanaan Cangget Agung mengandung nilai harmoni antara manusia dan lingkungan sosialnya, sekaligus mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat Lampung yang berlandaskan pada rasa hormat, kehormatan, dan kebersamaan.
2. Tradisi ini tidak hanya dipahami sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai sistem pengetahuan kolektif yang memperkuat struktur sosial
dan identitas kultural masyarakat adat Lampung. Selain itu, menurut pandangan hukum adat, budaya dan tradisi seperti Cangget tidak dapat
dipisahkan dari unsur nilai dan norma yang mengaturnya. Konsep kebudayaan yang mencakup berbagai unsur seperti nilai-nilai, norma, kebiasaan, lembaga, dan hukum adat yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat.
3. Dengan demikian, eksistensi adat Cangget dapat dipahami sebagai
manifestasi konkret dari hukum adat dan sistem nilai budaya yang mengikat masyarakat Lampung secara sosial maupun spiritual. Sejarah dan Asal-Usul Adat Cangget. Adat Cangget merupakan salah satu tradisi penting masyarakat Lampung Saibatin yang memiliki akar sejarah panjang dan erat kaitannya dengan sistem sosial tradisional. Cangget pada awalnya bukan sekadar bentuk hiburan rakyat, melainkan sarana ritual dan perayaan adat yang menandai tahapan kehidupan masyarakat, terutama dalam konteks penghormatan terhadap leluhur dan peneguhan identitas sosial suatu marga. Tradisi Cangget sudah dikenal sejak masa pemerintahan adat kerajaan kecil di wilayah Lampung bagian pesisir dan terus diwariskan melalui garis keturunan sebagai simbol kehormatan keluarga dan kebersamaan sosial.

4. Secara historis, pelaksanaan Cangget berkaitan erat dengan sistem Saibatin, yaitu struktur adat yang menempatkan satu keturunan tertua sebagai pusat kekuasaan simbolik dalam masyarakat. Dalam konteks ini, Cangget berfungsi sebagai sarana legitimasi sosial dan politik yang memperlihatkan posisi serta peran individu dalam hierarki adat. Tarian dan upacara yang menyertai Cangget bukan hanya pertunjukan estetika, melainkan juga cerminan dari struktur sosial.

1. R. Martiara, Cangget: Identitas Kultural Lampung sebagai Bagian dari Keragaman Budaya Indonesia (Vol.
1, No. 1, BP ISI Yogyakarta, 2014).
2. S. Cathrin, “Tinjauan Filsafat Kebudayaan terhadap Tradisi Cangget Agung Masyarakat Lampung,” Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan, Vol. 16, No. 1 (2021), hlm. 106.
3. Zainudin Hasan, Hukum Adat (Bandar Lampung: Universitas Bandar Lampung Press, 2025).
4. S. Cathrin, Filosofi Cangget Agung dalam Tradisi Masyarakat Lampung, Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa,
Sastra, Seni, dan Budaya, Vol. 6, No. 3 (2022), hlm. 978.
dan nilai-nilai yang dipegang teguh masyarakat Lampung Saibatin, seperti rasa hormat (pi’il pesenggiri), kesetiaan, dan kehormatan diri. Selain memiliki nilai sejarah dan simbolik, Cangget juga menjadi media komunikasi
budaya yang menjembatani hubungan antara generasi tua dan muda. Tradisi ini awalnya diperuntukkan bagi kalangan muda sebagai bentuk inisiasi sosial sebelum memasuki tahap
pernikahan atau tanggung jawab adat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, Cangget memiliki makna mendalam sebagai ritual yang menandai kedewasaan, tanggung jawab, serta kesiapan generasi muda dalam menjaga nilai-nilai leluhur. Hingga kini, meskipun mengalami perubahan bentuk dan
fungsi, Cangget tetap dipandang sebagai simbol kebanggaan dan identitas masyarakat Lampung yang harus dilestarikan di tengah arus modernisasi budaya.

Makna Simbolik dan Nilai-Nilai dalam Adat Cangget Tradisi Cangget dalam masyarakat Lampung memiliki banyak simbol yang mencerminkan
nilai-nilai luhur dan pandangan hidup masyarakatnya. Setiap unsur dalam pelaksanaan Cangget, mulai dari busana hingga tata gerak, mengandung makna yang dalam dan berfungsi sebagai media
pewarisan identitas budaya. Adapun beberapa makna simbolik dalam adat Cangget dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Busana dan Aksesoris Penari
Pakaian adat yang digunakan dalam Cangget bukan hanya berfungsi sebagai hiasan, tetapi menjadi simbol status sosial dan kehormatan keluarga. Penggunaan siger, kalung buah jukum,
dan tapis bermotif khusus melambangkan kemurnian, keindahan, serta kebanggaan terhadap
warisan budaya daerah.
2. Gerak Tarian dan Formasi Penari
Gerakan tarian Cangget selalu dilakukan dengan pola melingkar dan serempak, yang mencerminkan kebersamaan dan keharmonisan sosial dalam masyarakat Lampung. Formasi tersebut memiliki nilai filosofis sebagai representasi hubungan manusia dengan sesama dan
lingkungan sekitar, di mana keselarasan menjadi dasar utama kehidupan.
3. Musik dan Iringan Lagu Adat

5.  R. Martiara, Cangget Sebagai Narasi Simbolik Lampung Dalam Keragaman Budaya Nusantara (2017), hlm. 12.

6. M. A. Kurniawan dan S. Hartati, “Evolusi Tradisi Cangget: Sastra Lisan Islam Lampung,” Jurnal Adab dan
Peradaban Islam, Vol. 1, No. 1 (2025), hlm. 6.

Alunan gamolan pekhing dan nyanyian adat yang mengiringi Cangget berfungsi sebagai penghubung antara dunia manusia dan spiritual. Irama musik dalam Cangget Bara menjadi
simbol rasa syukur, penghormatan kepada leluhur, serta ungkapan doa agar masyarakat senantiasa diberikan keselamatan dan keberkahan.

7. Melalui berbagai simbol tersebut, Cangget bukan hanya dipahami sebagai pertunjukan seni, melainkan sebagai sistem tanda yang memuat nilai religius, sosial, dan moral. Setiap unsur
dalam Cangget saling melengkapi untuk membentuk identitas budaya Lampung yang khas dan sarat makna.

Perubahan dan Pelestarian Adat Cangget di Era Modern Tradisi Cangget merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Lampung yang
mengandung nilai-nilai sosial, religius, dan moral. Namun, dalam perkembangannya, tradisi ini
menghadapi tantangan besar akibat pengaruh modernisasi dan globalisasi yang mendorong perubahan dalam cara pandang masyarakat terhadap adat istiadat. Pada masa lalu, Cangget
menjadi bagian dari sistem sosial yang erat kaitannya dengan tahapan kehidupan, seperti perayaan kedewasaan, penyambutan tamu agung, atau upacara adat keluarga bangsawan. Kini, makna ritual tersebut perlahan bergeser menjadi bentuk ekspresi seni yang lebih bersifat pertunjukan dan
hiburan masyarakat luas. Perubahan fungsi Cangget ini bukan semata-mata sebagai bentuk pelunakan nilai adat, tetapi sebagai strategi adaptasi budaya agar tradisi tetap hidup di tengah arus
modernisasi yang semakin kuat.

8. Selain fungsi dan maknanya yang berubah, aspek pelaksanaan Cangget juga mengalami transformasi. Dahulu, pelaksanaan Cangget dilakukan dengan aturan adat yang ketat, waktu tertentu, serta melibatkan tokoh adat dan masyarakat secara menyeluruh. Saat ini, penyelenggaraan Cangget dapat dijumpai dalam kegiatan festival budaya, upacara kenegaraan, hingga program
pendidikan seni di sekolah. Perubahan tersebut menunjukkan adanya upaya pelestarian yang lebih terbuka dan inklusif, sehingga nilai-nilai kearifan lokal dapat dijangkau oleh generasi muda yang sebelumnya mulai menjauh dari akar tradisinya. Pelibatan pelajar dan mahasiswa dalam kegiatan
7 W. Hernawan, H. Basri, dan F. Marantaka, “Makna Budaya Tradisi Cangget Bara: Studi Kasus pada
Lampung Sungkai di Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung,” Journal Media Public Relations, Vol. 4, No. 2 (2024), hlm. 110.

8. N. K. Adzan, Cangget Agung dan Implementasinya terhadap Pendidikan Karakter (Kajian Nilai), Journal
of Music Education and Performing Arts, Vol. 1, No. 1 (2021), hlm. 35.
Cangget dapat menumbuhkan kesadaran identitas budaya serta memperkuat pembentukan karakter
bangsa melalui nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan solidaritas sosial.

Tradisi Cangget tidak dapat dipandang sebagai bentuk degradasi budaya, melainkan sebuah proses evolusi sosial yang alami dalam kebudayaan dinamis. Transformasi tersebut menunjukkan kemampuan masyarakat Lampung untuk beradaptasi dengan zaman tanpa
meninggalkan nilai-nilai utama yang menjadi fondasi budaya.

Misalnya, penggunaan busana dan
iringan musik tradisional masih dipertahankan, meskipun dikombinasikan dengan elemen artistik
modern agar lebih menarik bagi generasi muda dan wisatawan. Pemerintah daerah bersama
lembaga kebudayaan juga berperan aktif dalam melestarikan Cangget melalui kegiatan seperti Festival Cangget Agung, pendokumentasian tari dan musik adat, serta integrasi nilai-nilai budaya
Lampung dalam kurikulum pendidikan daerah.

Upaya pelestarian ini memiliki dua arah penting: pertama, menjaga otentisitas tradisi agar tidak kehilangan nilai sakral dan maknanya; kedua, membuka ruang kreativitas baru bagi generasi
muda untuk berinovasi dalam mempresentasikan budaya Lampung ke kancah nasional maupun internasional. Dengan demikian, Cangget tidak hanya menjadi simbol masa lalu, tetapi juga
representasi identitas Lampung yang hidup, dinamis, dan berkelanjutan.

Proses adaptasi ini menunjukkan bahwa budaya lokal memiliki daya tahan tinggi dalam menghadapi perubahan zaman selama tetap berpijak pada nilai-nilai luhur yang diwariskan leluhur.

Nilai Pendidikan dan Pembentukan Karakter dalam Tradisi Cangget
Tradisi Cangget tidak hanya menjadi bentuk ekspresi budaya, tetapi juga berperan penting dalam membentuk kepribadian dan karakter masyarakat Lampung. Melalui simbol, gerak, dan tata upacara yang terkandung di dalamnya, tradisi ini menanamkan nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan kedisiplinan, tanggung jawab, kebersamaan, serta penghormatan terhadap leluhur.

Martiara menyebutkan bahwa dalam konteks kebudayaan, Cangget berfungsi sebagai media sosialisasi nilai moral, karena setiap unsur dalam pelaksanaannya mengandung ajaran etika sosial yang menuntun generasi muda untuk berperilaku santun dan beradab.

9. F. Fachrudin, S. Suharyadi, dan M. A. Irham, Upacara Cangget Agung: Aktualisasi Nilai-Nilai Budaya
Daerah Lampung bagi Generasi Muda, (Lampung: Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya
Lampung, 1998), hlm. 12.

10. R. Martiara, Fenomena Cangget Sebagai Identitas Kultural Lampung Dalam Keragaman Budaya Nusantara
(2021), hlm. 22.

11. R. Martiara, Cangget: Identitas Kultural Lampung sebagai Bagian dari Keragaman Budaya Indonesia (BP
ISI Yogyakarta, 2014), hlm. 9.
Lebih jauh, Martiara menegaskan bahwa nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Cangget mencerminkan struktur sosial masyarakat Lampung yang menempatkan kehormatan
keluarga, gotong royong, dan solidaritas sebagai prinsip utama kehidupan bermasyarakat.

Nilai- nilai ini terinternalisasi melalui proses partisipasi langsung dalam kegiatan adat, di mana para
pemuda dilatih untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang berlaku. Dengan demikian, Cangget tidak hanya diwariskan sebagai tarian atau upacara, tetapi juga sebagai sarana
pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.

Martiara dalam karya lainnya menyebut bahwa Cangget memiliki fungsi laten sebagai wahana pembentukan jati diri generasi muda Lampung.

Proses keterlibatan aktif dalam Cangget
mendorong individu untuk memahami identitasnya sebagai bagian dari masyarakat adat, menghargai nilai-nilai luhur nenek moyang, serta menanamkan kebanggaan terhadap budaya daerah sendiri. Di sinilah tampak bahwa pendidikan berbasis tradisi bukan hanya bersifat seremonial, melainkan juga strategis dalam memperkuat identitas budaya di tengah arus
modernisasi yang kian cepat.
Dalam konteks modern, tantangan terbesar bagi pelestarian nilai-nilai ini adalah pengaruh globalisasi yang cenderung menurunkan minat generasi muda terhadap kebudayaan tradisional.
Hasan dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa globalisasi memiliki dampak ambivalen terhadap eksistensi identitas budaya lokal — di satu sisi membuka peluang inovasi budaya, namun di sisi
lain berpotensi mengikis nilai-nilai moral yang menjadi dasar kebudayaan daerah.

Oleh karena itu, pendidikan karakter berbasis tradisi seperti Cangget perlu dikembangkan secara berkelanjutan,
dengan dukungan institusi pendidikan, tokoh adat, dan pemerintah daerah agar nilai-nilai luhur budaya Lampung tetap hidup dan relevan dalam kehidupan modern. Arah pengembangan ini juga sejalan dengan gagasan Hasan dkk. lainnya, bahwa strategi
pendidikan berbasis integritas dan nilai-nilai moral bangsa dapat menjadi benteng dalam menghadapi perubahan sosial dan budaya akibat arus globalisasi.
Maka dari itu, revitalisasi

12. R. Martiara, Cangget Lampung: Kajian Nilai dan Identitas Budaya (Disertasi, Universitas Airlangga,
2009), hlm. 47.

13. R. Martiara, Cangget Sebagai Media Pembentukan Jati Diri Generasi Muda Lampung (Yogyakarta: BP ISI
Yogyakarta, 2012), hlm. 32.

14. Z. Hasan, R. F. Pradhana, A. P. Andika, & M. R. D. Al Jabbar, “Pengaruh Globalisasi terhadap Eksistensi
Identitas Budaya Lokal dan Pancasila,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol. 2, No. 1 (2024), hlm. 75.

15. Z. Hasan, B. S. Wijaya, A. Yansah, R. Setiawan, & A. D. Yuda, “Strategi dan Tantangan Pendidikan dalam
Membangun Integritas Anti Korupsi dan Pembentukan Karakter Generasi Penerus Bangsa,” Perkara: Jurnal Ilmu
Hukum dan Politik, Vol. 2, No. 2 (2024), hlm. 247.

Tradisi Cangget bukan sekadar upaya melestarikan bentuk seni tari, melainkan bagian dari proses pembentukan karakter bangsa yang berakar pada nilai-nilai lokal namun tetap terbuka terhadap kemajuan zaman.

KESIMPULAN

Pernikahan adat Lampung merupakan refleksi mendalam dari sistem nilai, norma sosial, dan hukum adat yang masih hidup di tengah masyarakat. Tradisi ini bukan sekadar upacara sakral
yang menyatukan dua individu, melainkan juga simbol kesinambungan budaya dan identitas etnis Lampung. Setiap tahapan dalam prosesi pernikahan, baik pada masyarakat Saibatin maupun Pepadun, mengandung makna filosofis yang merepresentasikan kehormatan, tanggung jawab, dan
solidaritas sosial.

Dari perspektif hukum adat, pernikahan adat Lampung menunjukkan adanya sistem hukum yang bersumber dari nilai-nilai kolektif masyarakat, di mana hukum berfungsi sebagai sarana
menjaga keseimbangan sosial dan moral. Hukum adat Lampung menempatkan pernikahan sebagai bagian dari tatanan kehidupan komunal yang menuntut harmoni antara individu, keluarga, dan
masyarakat luas. Sementara dalam konteks nilai sosial budaya, pernikahan adat ini menjadi media pewarisan nilai gotong royong, musyawarah, penghormatan terhadap leluhur, serta pengendalian moral dalam kehidupan sosial.

Dalam realitas modern, pernikahan adat Lampung juga menghadapi tantangan dari arus globalisasi dan perubahan sosial yang dapat menggeser nilai-nilai tradisional. Namun demikian,
eksistensinya tetap bertahan berkat peran tokoh adat, tokoh agama, dan lembaga adat yang mampu
mengadaptasi tradisi dengan tuntutan hukum positif dan ajaran agama Islam tanpa menghilangkan esensi budayanya. Oleh karena itu, pernikahan adat Lampung dapat dipandang sebagai contoh harmonisasi antara adat, agama, dan hukum negara yang selaras dalam menjaga tatanan sosial dan
identitas lokal.

SARAN

Pelestarian pernikahan adat Lampung perlu dilakukan secara berkelanjutan melalui sinergi antara pemerintah daerah, lembaga adat, dan masyarakat setempat. Upaya pelestarian ini dapat
diwujudkan melalui kegiatan edukasi budaya, dokumentasi prosesi adat, serta pengintegrasian nilai-nilai adat dalam pendidikan formal dan nonformal agar generasi muda mengenal dan mencintai warisan leluhur mereka. Selain itu, diperlukan harmonisasi antara hukum adat dan hukum positif agar praktik pernikahan adat dapat berjalan tanpa menimbulkan konflik normatif di
tengah masyarakat yang semakin kompleks. Tokoh adat dan tokoh agama juga diharapkan terus memainkan peran penting sebagai mediator dalam pelaksanaan pernikahan adat, menjaga agar nilai-nilai adat tetap sejalan dengan prinsip keadilan, kesetaraan, dan ajaran agama. Pada saat yang sama, masyarakat Lampung perlu bersikap adaptif terhadap perkembangan zaman dengan tetap mempertahankan substansi nilai-nilai luhur yang menjadi dasar tradisi, sehingga pernikahan adat tidak sekadar menjadi ritual seremonial, tetapi juga sarana memperkuat identitas sosial, moralitas, dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Adzan, N. K. (2021). Cangget Agung dan implementasinya terhadap pendidikan karakter (Kajian nilai). Journal of Music Education and Performing Arts, 1(1), 30–40.

Cathrin, S. (2021). Tinjauan filsafat kebudayaan terhadap tradisi Cangget Agung masyarakat Lampung. Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan, 16(1), 97–110.

Cathrin, S. (2022). Filosofi Cangget Agung dalam tradisi masyarakat Lampung. Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 6(3), 972–986. Fachrudin, F., Suharyadi, S., & Irham, M. A. (1998). Upacara Cangget Agung: Aktualisasi nilai-nilai budaya daerah Lampung bagi generasi muda. Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Lampung.

Hasan, Z. (2025). Hukum adat. Bandar Lampung: Universitas Bandar Lampung (UBL) Press. Hasan, Z., Pradhana, R. F., Andika, A. P., & Al Jabbar, M. R. D. (2024). Pengaruh globalisasi terhadap eksistensi identitas budaya lokal dan Pancasila. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 2(1), 73–82.
Hasan, Z., Wijaya, B. S., Yansah, A., Setiawan, R., & Yuda, A. D. (2024). Strategi dan tantangan pendidikan dalam membangun integritas anti korupsi dan pembentukan karakter generasi penerus bangsa. Perkara: Jurnal Ilmu Hukum dan Politik, 2(2), 241–255.
Hernawan, W., Basri, H., & Marantaka, F. (2024). Makna budaya tradisi Cangget Bara: Studi kasus pada Lampung Sungkai di Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Journal Media Public Relations, 4(2), 106–112.

Kurniawan, M. A., & Hartati, S. (2025). Evolusi tradisi Cangget: Sastra lisan Islam Lampung. Jurnal Adab dan Peradaban Islam, 1(1), 1–13.
Martiara, R. (2009). Cangget sebagai identitas kultural pada masyarakat Lampung. Acintya, 1(2).
Martiara, R. (2009). Cangget Lampung: Kajian nilai dan identitas budaya [Doctoral dissertation,
Universitas Airlangga].
Martiara, R. (2012). Nilai dan norma budaya Lampung: Dalam sudut pandang strukturalisme (Vol.
1, No. 1). Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Martiara, R. (2014). Cangget: Identitas kultural Lampung sebagai bagian dari keragaman budaya
Indonesia (Vol. 1, No. 1). BP ISI Yogyakarta.
Martiara, R. (2017). Cangget sebagai narasi simbolik Lampung dalam keragaman budaya
Nusantara.
Martiara, R. (2021). Fenomena Cangget sebagai identitas kultural Lampung dalam keragaman budaya Nusantara.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *