Lampung Utara: Tahapan Pilkada Lampung Utara akan segera mencapai puncaknya pada tanggal 27 November. Media telah ramai memberitakan persaingan ketat antara pasangan Hamartoni-Romli (Harli) dan Ardian-Sofyan (PAS).
Kedua pasangan ini, yang dikenal memiliki visi membangun Lampung Utara, disebut-sebut menjadi pilihan terbaik untuk daerah tersebut. Namun, prediksi tentang peluang masing-masing pasangan mulai memicu perdebatan sengit.
Prediksi terbaru datang dari salah satu lembaga survei yang menunjukkan pasangan Ardian-Sofyan unggul dengan 47,60 persen, sementara Hamartoni-Romli memperoleh 40,20 persen. Klaim keunggulan Ardian-Sofyan ini tentu menarik perhatian, tetapi benarkah angka ini cukup untuk dijadikan patokan optimisme?
Survei ini mengukur pendapat pada waktu tertentu, tetapi seringkali hasil survei bergantung pada banyak faktor, termasuk metode yang digunakan, demografi responden, dan kondisi politik saat survei berlangsung. Tanpa transparansi lebih lanjut, sulit menilai keakuratan angka ini.
Tingginya jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan menunjukkan ketidakpastian yang signifikan. Swing voters itu bisa saja menentukan kemenangan dan bisa berubah tergantung pada pendekatan yang dilakukan oleh masing-masing pasangan hingga hari pemilihan.
Para pendukung Ardian-Sofyan mungkin merasa nyaman dengan selisih angka yang mereka anggap sebagai bukti popularitas. Namun, angka ini, jika dikonversi, masih sangat bergantung pada perolehan suara di beberapa wilayah strategis. Pendekatan agresif dari pihak Hamartoni-Romli di daerah dengan DPT tinggi, di beberapa Kecamatan dapat dengan mudah membalikkan keunggulan ini.
Dalam konteks Pilkada, publikasi hasil survei sering dimanfaatkan untuk menciptakan persepsi “kemenangan sementara.” Namun, ada risiko manipulasi persepsi yang dapat mengaburkan penilaian pemilih.
Publikasi semacam ini harus dilihat dengan bijak dan diimbangi dengan pemahaman bahwa pilkada adalah hasil pilihan rakyat, bukan sekadar hasil survei.
Dalam dua minggu menjelang hari pemilihan, kedua pasangan harus memusatkan perhatian pada program nyata yang ditawarkan, bukan sekadar memanfaatkan survei. Kedua kubu harus memastikan bahwa mereka mendengarkan kebutuhan masyarakat, bukan terlena dengan angka yang bisa berubah kapan saja.
Siapapun yang akan terpilih nanti harus mampu memprioritaskan persatuan di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Jangan jadikan hasil survei sebagai dasar percaya diri berlebihan.
Hasil sesungguhnya ada di tangan rakyat Lampung Utara, yang akan memilih pemimpin berdasarkan komitmen dan integritas kandidat, bukan angka semata. (*)