Tak Punya BPJS? Di Puskesmas Ini, Warga Tak Diabaikan, Tapi Diperjuangkan

MESUJI – Di pelosok Mesuji, di balik jalan-jalan desa yang sering tak ramah dilalui kendaraan dinas, ada denyut nadi pelayanan publik yang tidak hanya hidup, tapi juga bergelora. Puskesmas Adi Luhur, unit layanan kesehatan di Kecamatan Pancajaya yang bukan hanya tempat orang berobat. Ia menjelma menjadi ujung tombak perjuangan sosial, mengobati yang sakit, mencegah yang berisiko, dan memperjuangkan hak yang dilupakan negara jaminan kesehatan.

“Kalau kita menunggu, yang datang hanya mereka yang kuat. Tapi yang kami cari justru mereka yang nyaris tak mampu berdiri,” kata Hepy Nisesa, S.ST., Kepala UPTD Puskesmas Adi Luhur, Rabu (30/7).

Ucapan itu bukan slogan. Di bawah kepemimpinannya, PKG (Program Pelayanan Kesehatan Gratis) dijalankan dengan semangat ‘jemput bola’, masuk ke rumah-rumah, lorong-lorong, bahkan ke hati warga yang selama ini merasa dipinggirkan.

Sejauh ini, PKG sudah menjangkau empat dari tujuh desa dalam wilayah kerja puskesmas tersebut: Adi Luhur, Adi Mulyo, Mukti Karya, dan Fajar Baru. Dengan target ambisius 20.000 jiwa. Itu bukan angka kosong, tapi mencakup seluruh rentang usia dari bayi yang baru menangis untuk pertama kali, anak-anak sekolah yang sering batuk tanpa pengobatan, hingga lansia yang terlalu pasrah dengan sakit yang dianggap “wajar karena usia”.

Mereka tidak datang dengan tangan kosong. Di dalam program andalan mereka, Gertak Dadu Gerakan Serentak Pelayanan Terpadu tim Puskesmas bergerak secara sistematis dari rumah ke rumah, RK ke RK. “Sudah 41 orang per desa yang kami sentuh langsung,” ujar Hepy.

Dengan metode home care dan pusling (puskesmas keliling), pelayanan bukan hanya lebih dekat, tapi juga lebih akrab. Mereka tidak sekadar menanyai gejala, tapi juga mendengar keluh kesah warga.

Keluhan yang paling dominan? ISPA. Infeksi Saluran Pernapasan Akut ini seperti hantu abadi di desa-desa, terutama saat musim kemarau membawa debu, dan musim hujan menghadirkan lembab yang tak kunjung hilang. “Daya tahan tubuh warga lemah, lalu mudah diserang virus dan bakteri,” jelas Hepy.

Tapi bukan hanya itu. Tim medis juga menghadapi kenyataan pahit lain: 33 warga tercatat sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Beberapa disebabkan oleh tekanan hidup yang makin menggila.

Ekonomi yang makin sulit, jeratan pinjaman online yang membuat kepala nyaris pecah, hingga beban psikis yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. “Kami tak hanya mencatat. Kami dampingi mereka,” ujar Hepy, pelan namun tegas.

Kapasitas Puskesmas ini memang tidak besar, dua dokter umum, satu dokter gigi, dan sepuluh tempat tidur yang dibagi dalam ruang anak, ruang rawat pria dan wanita dewasa, serta ruang persalinan. Tapi semangat mereka terasa melebihi ukuran gedung.

Dan yang paling menyentuh dari semua itu: ketika mereka tak berhenti pada pengobatan fisik, tapi juga turut membantu warga menyambung akses ke hak dasar mereka yang hilan BPJS Kesehatan.

“Banyak pasien kami datang tanpa kartu. Kami tahu itu bukan karena mereka malas, tapi karena sistem kadang tidak ramah kepada yang miskin,” ujar Hepy.

Maka Puskesmas tak ragu menjadi fasilitator. Mereka bantu warga melakukan konfirmasi ke Dinas Sosial, menghidupkan kembali kartu BPJS yang mati, atau bahkan memberikan pengobatan gratis untuk warga yang masuk kategori miskin ekstrem.

“Kami tahu batasan tugas kami. Tapi kami juga tahu apa artinya menjadi manusia. Dan itu yang kami utamakan,” tutup Hepy.

Ia menyebut kerja mereka sebagai ibadah, bukan karena ingin dipuji, tapi karena di tempat-tempat yang jauh dari pusat kekuasaan, kadang hanya itu yang bisa menyemangati.

Di tengah gempuran birokrasi yang lamban dan sistem kesehatan yang kerap diskriminatif terhadap kaum kecil, kisah Puskesmas Adi Luhur ini adalah oase. Sebuah cerita tentang pengabdian yang tidak selalu tampak di layar kaca, tapi sangat nyata bagi warga yang selama ini merasa sendirian dalam sakit dan ketidakpastian.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *