Wawasan Lebih Utama, Ketua itu Bonusnya

Penulis: M. Rozi Ardiyansah

Pagi itu berawan. Mentari enggan tuk menyapa. Aku baru saja selesai menyiapkan perlengkapan guna mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat bekerjasama dengan BUMN, di Hotel Emersia & Resto, di Bandarlampung.

Setelah sesuatu dirasa siap. Aku berpamitan dengan kedua buah hatiku Callysta dan Sultan. Mereka masih dirumah karena belum waktunya jam masuk sekolah.

“Abi jalan ya nak! Ke Bandarlampung tiga hari,” sapa ku pada meraka.

“Abi mau kemana? Kok lama Bi, tiga hari?, ” tanya si bungsu.

Abi pamit mau ke Karang nak, jawab ibunya menjelaskan.

Ngapain abi ke Karang mi? lanjutnya bertanya. Abi mau ikut Ujian. Ujian apa mi? Kan abi gak sekolah lagi? rasa ingin taunya.

“Iya, abi pamit ya dek.
Adek jaga umi dan gusti, ok,” tegasku seraya melangkah.

“Happy Anniversary bi”, ucap istriku lirih. Spontan ku Jawab, oh iya, sama- sama mi,”.

Aku lupa hari ini 9 Januari 2024 tepat 13 tahun yang lalu. Janji suci menyatukan hati dalam ikatan pernikahan. Bantu doa ya, “semoga berjalan lancar,” Ucapku seraya melangkah keluar rumah.

Selain aku, ada Ridho Dinata, calon anggota PWI Kabupaten Lampung Utara yang akan mengikuti uji kompetensi wartawan. Ridho sapaannya, merupakan wartawan Warta9.com teman satu media dan Jimi Irawan,  Furkon Ari,  Ketua dan Seketaris PWI Lampung Utara dua periode 2015-2018 dan 2018-2021 ikut menemani perjalanan kami.

Waktu terus bergeser. Tak terasa jam menunjukkan Angka Delapan. Tak ingin buang waktu lama. Kami pun memacu kendaraan menuju Bandarlampung. Karena perjalanan cukup jauh sekitar 110 KM dari Kotabumi ke Bandarlampung.

Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, kami tiba di Bandarlampung untuk mengikuti pra-UKW via Zoom. Ternyata jadwal berubah dari pukul 10.00WIB molor pada pukul 14.OO WIB.

Kami bertiga begegas menuju Swiss-BelHotel yang berada di Jalan Rasuna Said , Teluk Betung Utara Bandarlampung. Hotel sudah disiapkan oleh orang baik, dia adik dan juga saudara kami Yuman Erhan. Jarak penginapan kami kelokasi Ujian sekira 1,5 KM butuh waktu 5 menit sampai tujuan.

Karena jadwal Zoom masih cukup lama, kamipun tak mau menyia-nyiakan waktu. Sejenak berbaring melepaskan lelah. Tidak terasa jarum pendek jam menunjukan angka 2, jarum panjang di angka 12. Waktunya Zoom ,Pra Uji Kompetensi dimulai. Kamipun memulai mengikuti pra UKW dengan tutor pengurus PWI pusat.

Bagi saya ini bukan hal pertama, karena sebelumnya sudah pernah mengikuti uji kompetensi muda tahun 2017. Jaraknya cukup lama, 7 Tahun lalu, sehingga dirasa perlu memutar kembali memori . Ditemani kopi kental dan makanan ringan, tahapan Pra UKW selesai pukul 16.30 WIB.

Mentari perlahan beranjak ke Upuk barat dan menghilang dibalik tebalnya awan, menandakan sang malam akan segera tiba.
Kami bertiga bergegas mandi dan keluar kamar mengisi perut yang mulai berinteraksi.

Perjalanan kami mengelilingi Kota Tapis Berseri yang berarti tertib, aman, patuh, iman, sejahtera, bersih, sehat, rapih, dan indah. Slogan tersebut merupakan realisasi kota ini sehingga mendapatkan juara sebagai kota terbersih Tahun 1995 dan penghargaan Adipura Kencana di 2009.

Mata kami tertuju pada warung tenda pinggiran ibu kota provinsi Lampung dan menghentikan laju kendaraan diwarung tenda tepat diseberang jalan “Mahan Nunyai” yang dulu akrab dengan sebutan Pendopo Gubernur.
Kamipun memesan makanan untuk segera mengisi perut yang sudah keroncongan.

Usai menyantap beberapa menu pesanan dan merasa kenyang, kami bergegas kembali ke hotel untuk beristirahat dan tidur.
Sesampai dihotel saya tidak langsung tidur masih mencoba meraba- raba soal apa yang akan ditanya penguji besok? Hal ini membuat saya sedikit gelisah dan susah tidur.

Keesokan hari tiba, waktu bergerak mendekati pagi. Saya terbagun dan bergegas mandi. Melanjutkan sholat subuh seraya berdoa,”ya Allah permudah hambamu dalam menjawab soal ujian hari ini,”. Awalnya biasa saja dan sudah pasrah, selagi yang nguji bukan malaikat pencabut nyawa, bagiku tidak masalah. Semakin dekat waktu ujian semakin banyak pikiran berkecamuk dalam hati, gimana kalau dinyatakan tim penguji belum kompeten? Gimana kalau gak bisa jawab? tentu malu karena status yang disandang saat ini. Meskipun jauh sebelum pelaksanaan ujian sudah berkonsltasi dan belajar dengan orang yang saya anggap mampu dibidangnya.

Emersia hotel dan resto , lokasi pembukaan uji kompetensi wartawan. Jaraknya tak jauh dari tempat kami bermalam. Setiba di lokasi terpampang banner selamat datang peseta uji kompetensi wartawan bekerjasama dengan BUMN.
Saat itu masih lengang karena jadwal pembukaan jam 8.00.WIB. Takut terlambat kami tiba lebih awal.

Menyesuaikan jadwal Gubernur Lampung, Arinal Junaidi akhirnya pembukaan ditunda dan seluruh peserta diminta masuk ke ruangan.

Direktur Uji kompetensi Wartawan, Firdaus Komar membacakan pembagian kelas dan pengujinya . Kelas Muda menjadi empat kelas dan Madya menjadi dua kelas. Satu persatu nama disebutkan. Entah kebetulan penguji saya langsung direktur UKW, Firdaus Komar. Tapi tidak masalah karena tujuan awal mengikuti ujian untuk menambahkan wawasan.

Tak mau membuang waktu lama. Para penguji langsung menuju meja sesuai urutan nama dan penguji yang disebutkan. Setelah sedikit memberikan pengarahan ke peserta uji, langsung memberikan kertas kuning yang berisikan 10 mata Ujian.

” Buka Lembar pertama 2.1. Memahami dan memastikan penerapan kode etik dan, Undang-Undang/ peraturan terkait pers,

Disitu ada lembar putih berita yang bermasalah dengan kode etik, jawab dan print jawaban anda waktu 15 menit,” kata Firdaus. Belum selesai, mata uji 2.1 besok dilanjutkan sesi tanya jawabnya . Penguji memerintah buka Lembar 2.6. Menyunting berita, kalian sunting berita dan printer hasil editan kalian, waktu 20 menit” lanjutnya.

Aktifitas terhenti, persiapan pembukaan seremoni UKW segera dimulai. Gubernur Lampung Arinal Junaidi tiba di lokasi Ujian sekira pukul. 10.00 WIB.
Saya tidak fokus acara serimoni itu. Saya mencoba mencari tau siapa Firdaus Komar sebernarnya? Hasil browsing saya muncul riwayat hidupnya.

“Ternyata beliau semasa kuliah aktif berorganisasi intra dan ekstra kampus. Gelar S2 pada FISIP Unsri tahun 2012 dengan judul “Implementasi Kemerdekaan Pers Berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers”.

Riwayat hidupnya, dilansir dari
https://koinyanlik.palembang.go.id/user/profile/24

Firdaus, nama Tidur. Komar nama Ayahanda. Lebih sering dengan menyertakan Perumahan nama bapak jadi lengkapnya Firdaus Komar .Kelahiran Muara Lakitan , 8 Januari 1971 , bertempat tinggal di Citra Kencana I Blok A No 24 RT 048 RW 007 Kelurahan Kebun Bunga Kec. Sukarami Palembang , Sumatera Selatan .

Firdaus Komar menikah dengan Dra. Hj. Anisatul Mardiah, M.Ag., Ph.D., dan dikarunia lima anak yaitu, Berliana Faradisa. S.Pertanian. (Prodi Profesi Apoteker di Universitas Andalas), Asshafa Adzkiya (Studi Semester VII S1, Prodi Aktuaria, MIPA, Universitas Padjadjaran), Rayyani Qatrunada (Semester III, Studi S1 ​​Prodi Akutansi, FE Universitas Sriwijaya), Khairunadra Lamya Nurhaiza (Kelas 12 IPA MAN Insan Cendekia, OKI), Syaffana Mumtazah Najida (Kelas 11 IPA SMAN 3 Palembang).

Firdaus Komar menyelesaikan studi S2 di FISIP Unsri tahun 2012 dengan judul “Implementasi Kemerdekaan Pers Berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers”.

Menyelesaikan S1 di Jurusan pendidikan Sejarah, FKIP Unsri tamat tahun 1994, menyelesaikan SDN 2 dan SMPN 1 di Desa Muara Lakitan, Musi Rawas (Mura), tahun 1989 tamat SPG Aisyiyah di Palembang. Saat sebagai kandidat Doktor masih menyelesaikan program S3 Kebijakan Publik di FISIP Unsri.

Pengalaman di organisasi, Ketua Senat Mahasiswa FKIP Unsri (1992), Ketua Senat Mahasiswa Unsri (1993), HMI Badko Sumbagsel, PJ Ketua Umum (1996-1997), Sekretaris PWI Sumsel ( 2008-2019 ) , Sekretaris Forum Jurnalis Migas ( 2015- Sekarang ), Direktur Forum Kajian Jurnalisme ( 2013-Sekarang ), Bidang media KAHMI Sumsel (2016-sekarang), Bidang Media ICMI Sumsel (2016-sekarang), Anggota Dewan pendidikan Sumsel (2009-2021), Kabid Media, Humas dan Forum Hukum Koordinasi Pencegahan Teroris (FKPT) ( 2018-2021). Saat ini dipercaya sebagai Ketua PWI Sumsel (2019-2024). Di bidang pers sejak Agustus 2021 hingga sekarang, dipercaya menjadi ahli pers dari Dewan Pers.

Karya buku Kemerdekaan Pers Antara Jaminan dan Ancaman ( 2013 ) , Piagam Palembang ( 2014 ), Wartawan & Perubahan Flatform Arus Informasi ( 2020 ). Pengalaman kerja , sebagai wartawan media online extranews .id dan koran extranews 2019-sekarang , Pemimpin Perusahaan Media BeritaPagi ( 2015-2019 ), Redaktur Pelaksana 2006-2015 BeritaPagi , Supervisor Pendirian Tribun Batam 2005 Batam, Kepulauan Riau (Kepri) , Wartawan dan Redaktur di Sriwijaya Post ( 1995-2005 ). Terbesit dihati, peguji saya orang cerdas tentu lebih mengedepankan rasional dan obyektif dalam mengambil keputusan.

Waktu berlalu, serimoni acara selesai, dibuka secara resmi oleh Gubernur Lampung Arinal Junaidi. Sesi foto dilanjutkan makan siang dan Isoma waktu solat Zuhur. Tepat jam 13.00 WIb peserta sudah kembali kemeja semula.

Sedikit molor, 14.20 Wib kami melanjutkan ujian. Penguji menyarankan membuka
halaman 2.5. Membangun jejaring ada lembar putih kalian isi daftar nama, instansi dan nomor telephone, waktu 20 menit. Hari pertama tak bayak mata ujian yang selesai, hanya empat item dari 10 mata uji yang selasai. Peserta diperbolehkan kembali dan beristirahat, untuk kembali hari kedua mengikuti ujian selanjutnya.

Hari kedua pelaksanaan uji kompetensi dimulai. Kamis, 11 Januari 2024. Seperti hari sebelumnya. Setengah jam sebelum acara dimulai kami sudah berada dilokasi ujian. Benar saja ujian lebah awal dan tepat waktu.

Seperti hari pertama, kami berenam duduk diposisi masing-masing, Hanibal Batman wartawan Radar Tanggamus, Nyoman Subagio Radar Lamsel, Idhomay Saputra Radar Lamsel, ketiganya duduk dihadapan kami, tepatnya berada disebelah kiri penguji.

Disisi kanan, Agustiawan, Joko Sulistyo Harian Momentum dan saya berada disebelah kanan penguji.

Sebelum memulai mata ujian. Firdaus Komar memberikan pengarahan dan masukan bagi peserta. ” Dari mata uji kemaren, ada 1 yang bagus, yang lainnya standar, ” Mengawali pembicaraan.

Dikelas madya ini, “ada berapa orang Ketua PWI yang ikut madya,” seraya mata tertuju ke kami ber-enam. Spontan Agustiawan Persisir Barat dan saya mengacungkan telunjuk. Oh, ada dua orang.

“Dalam jurnalistik hal terpenting dan utama adalah wawasan, penerapan KEJ dan kode prilaku wartawan sesuai dengan UU no 40 tahun 1999, Ketua itu bonusnya, karena amanah,”seraya membuka lembaran melanjutkan materi ujian hari kedua.

Saya tertegun dan berfikir memaknai maksud perkataan penguji, tapi sudahlah karena itu bukan tujuan akhir saya disini.

Satu persatu, materi UKW dilewati, sampai akhirnya mata ujian membangun jejaring. Mata ujian ini bertujuan membangun relasi dengan narasumber dan memastikan narasumber bisa dihubungi dengan mudah.

Dari komunikasi yang dibangun dengan narasumber dan diaplikasikan dengan pemberitaan sesuai hasil percakapan dan wawancara dalam sebuah tulisan.

Usai ujian, mas Sulis berbisik ke saya, “kok saya berdebar ya,? waktu ujian tadi saya biasa saja. Ini kok deg-deg ka,”ucapnya.

Sambil bercanda saya jawab, ” sudah kek nyetus ma cewek aja mas, hehe.” Seraya menghibur. karna kami berdua terakhir dipanggil penguji.

Kami bisa bernapas lega, setelah seluruh berkas mata ujian diserahkan. Penguji mulai melakukan penilaian dan memanggil satu persatu peserta, memberikan masukan dan saran. Dan menyatakan kami Kompeten Madya.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *