Lampung Utara: Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Lampung Utara, Mohamad Farid Rumdana dalam mencapai karirnya hingga di titik sekarang, banyak perjuangan yang ia lewati. Ternyata, ia pernah menjadi loper koran, berjualan baju bekas, penyalur kelapa, dan sopir angkutan umum. Ia lakukan itu demi menggapai mimpinya.
Itu terungkap dalam bincang Studio 2 Podcast bersama ‘Om Vicko’, di chanel youtube yang tayang pada 3 Juni 2023. Mohamad Farid Rumdana, bercerita sedikit proses perjalanan hingga menjadi seorang jaksa dan kini memimpin Lembaga Adhiyaksa di Kabupaten Lampung Utara.
Dalam obrolan santai tersebut, pria kelahiran Bandung, Jawa Barat ini, mengaku masa kecilnya ia habiskan sama seperti anak biasa pada umumnya. Sampai di titik dimana, ia menempuh masa kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Pasundan, Bandung. Namun, Orang tuanya meminta ia untuk menskors sementara kuliahnya. Penyebabnya, soal ekonomi.
“Orang tua saya pada saat itu tak mampu membayar kuliah saya, karena kakak- kakak saya saat itu masih kuliah juga. Kakak saya ada 4, ” ucap bapak 4 anak ini.
Namun, itu bukan menjadi alasan bagi seorang Mohamad Farid Rumdana untuk berhenti kuliah. Tekadnya yang kuat untuk menggapai cita-cita, mamaksa dirinya untuk bekerja demi membayar biaya kuliah.
Diluar sepengetahuan orang tuanya, Mohamad Farid Rumdana mengatur siasat. Ia membagi waktunya antara kuliah dan bekerja.
“Seolah-olah saya main, saya mencuri waktu untuk bekerja. Dari mulai menjadi loper koran, berjualan baju bekas, menjadi penyalur kelapa, hingga narik angkot, pernah saya lakukan, ” tutur pria yang hobi memancing ini.
Uang hasil dari kerjanya itu ia tabung untuk membayar kuliah. Menjadi momen haru, ketika kedua orang tuanya mengetahui anaknya dapat undangan wisuda. “Orang tua saya hanya tahu anaknya main. Mereka tidak tahu ternyata saya bekerja demi menyelesaikan kuliah, ” ujar Mohamad Farid.
Tak terfikir olehnya untuk menjadi seorang jaksa. Sebab, pada saat selesai kuliah, justru ia bersemangat untuk mendaftar di Sekolah Perwira Wajib Militer (sepawamil)—Yang sekarang sudah berubah nama menjadi Sekolah Perwira Prajurit Karier Tentara Nasional Indonesia.
Keinginannya itu ternyata mendapat penolakan dari kedua orang tuanya. Orang tuanya justru berharap Ia menjadi seorang hakim atau jaksa. Sesuai dengan jurusan pada saat kuliah. “Tapi, saya tetap meneruskan keinginan saya menjadi seorang perwira, ” tutur dia.
Nasib yang seolah sudah menuntunnya. Ia tak lolos dalam beberapa rangkaian tes Sepawamil.
Tak berhenti disitu, akhirnya ia mendaftar dan ikut tes di Kejaksaan. Ia pun diterima. Saat itu tahun 1998. Kemudian, diangkat menjadi PNS tahun 1999. “Mendaftar di kejaksaan, orang tua memang sangat setuju. Boleh dibilang semua ini berkat doa restu dari orang tua, ” ujarnya kepada host Studio 2 ‘Om Vicko’ sambil menikmati kopi Aceh.
Selanjutnya, dalam bincang itu, Om Vicko menanyakan soal karir Mohamad Farid Rumdana sebagai seorang jaksa. Ia bercerita awal karir pertamanya adalah di Kejaksaan Negeri menjadi TU di Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Kemudian menjadi jaksa pertama kali di Sri Indrapura, Kabupaten Siak. Dari Siak ia berpindah lagi ke Kota Dumai, Riau. Kemudian berpindah lagi ke Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan. Lalu bergeser lagi ke Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Sempat ke Kejaksaan Agung di Satgas Anti Teroris dan di Pidsus. Dari sana ia mendapat promosi menjadi Kajari di Kabupaten Bireuen, Aceh. Tiga tahun di Aceh, Mohamad Farid akhirnya kembali di promosikan menjadi Kajari Lampung Utara.
Tugas pertama menjadi Jaksa yaitu di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kabupaten yang pada saat baru terpisah dari Kabupaten Bengkalis pada tahun 2000. Mohamad Farid Rumadana ditugaskan sebagai Jaksa dua tahun setelah terpisahnya Kabupaten Siak dari Kabupaten Bengkalis, yakni di tahun 2002.
“Kebetulan saat itu Kabupaten Siak baru terpisah dari Kabupaten Bengkalis. Saya masuk di sana tahun 2002, ” ujar lelaki yang menginjak usia 49 tahun ini.
Ia menjelaskan bagaimana kondisi kabupaten yang baru saja 2 tahun berdiri itu memiliki infrastruktur yang masih kurang. Kabupaten Siak masih pada proses pembangunan.
Kantor Kejaksaan Negeri di sana masih menggunakan Kantor Cabang dari Kejaksaan Negeri Kabupaten Bengkalis yang terdapat di Siak.
Ternyata ada cerita yang tak terlupakan masih terbayang dalam ingatannya. Saat pertama kali datang ke Kabupaten Siak. Ia tinggal di lantai dua rumah kos berdinding papan. Lokasinya, tepat berada di depan kantor Kejaksaan dan di kelilingi oleh hutan.
“Kejadian ini gak pernah saya lupakan. Saya masuk di kosan pada malam hari. Begitu selesai salat subuh hendak menjemur handuk. Saya kaget, ternyata di sana banyak sekali monyet yang begitu besar-besar sedang memakan buah rambutan di depan kosan, ” ucapnya sambil tertawa.
Perjalanan karir Mohamad Farid
Rumdana, dari berbagai tempat ke tempat yang lain menjadi pengalaman tersendiri baginya untuk mengenal karakteristik dari setiap daerah. Dari pola penanganan, sikap dan berbicara kepada masyarakat, berbeda-beda. Itupun menjadikan dirinya mengenal kearifan lokal setiap daerah yang ada di Indonesia.(Ridho/Alam)